KECEPATAN REAKSI
Bahan kimia terdapat banyak sekali macamnya.
Semua bahan kimia tersebut dapat dikelompok sesuai sifatnya masing-masing.
Salah satu sifat bahan kimia ada bahan kimia yang mudah berekasi dan ada juga
yang sulit bereaksi.
Dalam suatu reaksi kimia terdapat perbedaan
laju reaksi antara reaksi yang satu dengan reaksi yang lain. Misalnya ketika
membakar kertas, reaksi berlangsung cepat sedangkan reaksi pembakaran minyak
bumi memakan waktu yang sangat lama. Dari hal ini dapat diketahui bahwa reaksi
kimia memiliki laju reaksi yang berbeda.
Laju reaksi sangat penting untuk dipelajari
karena dengan mengetahui laju reaksi dan mengetahui hal-hal yang
mempengaruhinya dapat menerapkannya dalam kehidupan. Misalnya dalam kegiatan
industri, dengan mengetahui laju reaksi dapat membuat produksi lebih terkendali
sehingga didapat jumlah produk dalam jangka waktu yang bisa diperhitungkan.
Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan agar
mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi laju reaksi serta
mengetahui bagaimana reaksi kimia berlangsung dan berapa laju reaksinya.
Tujuan dari percobaan ini adalah menghitung konstanta kecepatan reaksi
dan menentukan nilai orde reaksi dari penyabunan etil asetat.
Kecepatan reaksi adalah banyaknya mol/liter suatu zat yang dapat berubah
menjadi zat lain dalam setiap satuan waktu. Laju reaksi atau kecepatan reaksi
menyatakan banyaknya reaksi kimia yang berlangsung per satuan waktu. Laju reaksi
menyatakan molaritas
zat terlarut dalam reaksi yang dihasilkan tiap detik reaksi. Perkaratan besi merupakan contoh
reaksi kimia yang berlangsung lambat, sedangkan peledakan mesiu atau kembang api
adalah contoh reaksi yang cepat.
Penentuan laju reaksi dapat dilakukan dengan cara fisika atau kimia.Dengan cara fisika,
penentuan konsentrasinya dilakukan secara tidak langsung yaitu berdasarkan sifat-sifat fisis campuran yang dipengaruhi oleh konsentrasi campuran,misalnya daya hantar listrik, tekanan (untuk reaksi gas). Adsorpsi
cahaya dan lainnya.Penentuan secara kimia dilakukan dengan menghentikan reaksi secara tiba-tiba(reaksi dibekukan). Setelah selang waktu tertentu, kemudian konsentrasinyaditentukan dngan
metode analisis kimia.Dalam laju reaksi dikenal juga laju reaksi sesat, yaitu
laju reaksi rata-ratayang dihitung dalam
selang waktu yang berbeda-beda dan diperlukan perhitunganlaju reaksi
yang berlaku dalam setiap saat. Lajureaksi juga dapat ditentukan melaluicara grafik. Laju reaksi sesaat merupkan gradient
dari kurva antara waktu dengan perubahan konsentrasi pada selang waktu
tertentu. Oleh karena itu, terdapat suatu bilangan tetap yang merupakan
angka faktor perkalian terhadap konsentrasi yangdisebut sebagai tetapan laju
reaksi (K). dengan demikian, laju reaksi sesaat secaraumum dapat
dinyatakan sebagai :Laju reaksi ≈ K [Konsentrasi Zat]
Persamaan Laju Reaksi dan Orde reaksi
Reaksi kimia:
A2 + B2
→ 2 AB
Persamaan laju reaksi: V = k [A2]x[B2]y
Dimana: V
= laju reaksi (Ms-1)
k
= konstanta laju reaksi
[A2]
= konsentrasi zat A (M)
[B2]
= konsentrasi zat B (M)
x
= orde reaksi zat A
y
= orde reaksi zat B
x
+ y = orde reaksi total
Orde reaksi:
Salah
satu faktor yang dapat mempercepat laju reaksi adalah konsentrasi, namun
seberapa cepat hal ini terjadi? Menemukan orde reaksi merupakan salah satu cara
memperkirakan sejauh mana konsentrasi zat pereaksi mempengaruhi laju reaksi
tertentu.
Orde reaksi atau tingkat reaksi
terhadap suatu komponen merupakan pangkat dari konsentrasi komponen tersebut
dalam hukum laju. Sebagai contoh, v = k [A]m [B]n, bila m=1 kita katakan bahwa
reaksi tersebut adalah orde pertama terhadap A. Jika n=3, reaksi tersebut orde
ketiga terhadap B. Orde total adalah jumlah orde semua komponen dalam
persamaan laju: n + m + ... Pangkat m dan n ditentukan dari data eksperimen,
biasanya harganya kecil dan tidak selalu sama dengan koefisien a dan b. Hal ini
berarti, tidak ada hubungan antara jumlah pereaksi dan koefisien
reaksi dengan orde reaksi.
Secara
garis besar, beberapa macam orde reaksi diuraikan sebagai berikut:
1. Orde reaksi 0
Reaksi
dikatakan berorde nol terhadap salah satu pereaksinya apabila perubahan
konsentrasi pereaksi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi. Artinya, asalkan
terdapat dalam jumlah tertentu, perubahan konsentrasi pereaksi itu tidak
mempengaruhi laju reaksi.
Persamaan reaksi yang berorde
0 : V = k [A]0
2. Orde reaksi 1 : laju reaksi
berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi
Jika konsentrasi dinaikkan dua kali, maka laju reaksinya pun akan dua kali lebih cepat dari semula, dst.
Jika konsentrasi dinaikkan dua kali, maka laju reaksinya pun akan dua kali lebih cepat dari semula, dst.
Persamaan laju reaksi: V = k [A]
3. Orde reaksi 2: Pada reaksi orde
dua, kenaikan laju reaski akan sebanding dengan kenaikan konsentrasi pereaksi
pangkat dua. Bila konsentrasi pereaksi dinaikkan dua kali maka laju reaksinya
akan naik menjadi empat kali lipat dari semula.
Persamaan laju
reaksi : V = k [A]1 [B]1 ; V = k [A]2 ; V = k
[B]2
Dengan demikian, jika konsentrasi suatu zat dinaikkan a kali, maka laju
reaksinya menjadi b kali; sehingga orde reaksi terhadap zat tersebut adalah: ax=b dimana
x = orde reaksi
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju
Reaksi
1. Pengaruh Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi
Telah diuraikan dalam teori tumbukan, perubahan jumlah molekul pereaksi
dapat berpengaruh pada laju suatu reaksi. Kita telah tahu bahwa jumlah mol
spesi zat terlarut dalam 1 liter larutan dinamakan konsentrasi molar. Bila
konsentrasi pereaksi diperbesar dalam suatu reaksi, berarti kerapatannya
bertambah dan akan memperbanyak kemungkinan tabrakan sehingga akan mempercepat
laju reaksi. Karena persamaan laju reaksi didefinisikan dalam bentuk konsentrsi
reaktan maka dengan naiknya konsentrasi maka naik pula
kecepatan reaksinya. Artinya semakin tinggi konsentrasi maka semakin banyak
molekul reaktan yang tersedia dengan demikian kemungkinan bertumbukan akan
semakin banyak juga sehingga kecepatan reaksi meningkat.
2.
Pengaruh Luas
Permukaan Terhadap Laju Reaksi
Reaksi yang berlangsung dalam system homogeny sangat berbeda dengan
reaksi yang berlangsung dalam system heterogen. Hal ini dapat mempercepat
berlangsungnya reaksi kimia karena molekul-molekul ini dapat bersentuhan satu
sama lainnya. Dalam system heterogen, reaksi hanya berlangsung pada
bidang-bidang perbatasan dan pada bidang-bidang yang bersentuhan dari kedua
fase.
Reaksi kimia dapat berlangsung jika molekul-molekul, atom-atom atau
ion-ion dari zat-zat yang bereaksi terlebih dahulu bertumbukkan. Makin luas
suatu zat maka makin luas permukaannya sehingga makin besar kemungkinan
bereaksi dan makin cepat reaksi itu berlangsung. Sebagai contoh reaksi
heterogen adalah logam zink dengan larutan asam klorida. Laju reaksi selain
dipengaruhi oleh konsentrasi asam klorida juga dipengaruhi oleh kondisi logam
zink. Dalam jumlah (massa) yang sama butiran logam zink akan bereaksi lebih
lambat dari pada serbuk zink. Reaksi terjadi antara molekul-molekul asam
klorida dalam larutan dengan atom-atom zink yang bersentuhan dengan asam
klorida. Pada butiran zink, atom-atom zink yang bersentuhan dengan asam klorida
lebih sedikit dari pada serbuk zink, sebab atom-atom zink yang bersentuhan
hanya atom zink yang berada di permukaan butiran. Akan tetapi bila butiran zink
dipisah menjadi butiran-butiran kecil atau menjadi serbuk, maka atom-atom zink
yang semula didalam akan berada di permukaan dan terdapat lebih banyak atom
zink yang secara bersamaan bereaksi dengan larutan asam klorida. Dengan
menggunakan teori tumbukkan dapat dijelaskan bahwa swmakin luas permukaan zat
padat semakin banyak tempat terjadinya tumbukkan atar partikel zat yang
bereaksi.
3.
Pengaruh Suhu
Terhadap Laju Reaksi
Umumnya kenaikan suhu mempercepat reaksi, dan sebaliknya penurunan suhu
memperlambat reaksi. Laju reaksi kimia bertambah dengan naiknya suhu. Bagaimana
hal ini dapat terjadi? Ingat, laju reaksi ditentukan oleh jumlah tumbukan. Jika
suhu dinaikkan, maka kalor yang diberikan akan menambah energi kinetik partikel
pereaksi. Sehingga pergerakan partikel-partikel pereaksi makin cepat, makin
cepat pergerakan partikel akan menyebabkan terjadinya tumbukan antar zat
pereaksi makin banyak, sehingga reaksi makin cepat.
Umumnya kenaikan suhu sebesar 100˚C menyebabkan kenaikan laju reaksi
sebesar dua sampai tiga kali. Kenaikan laju reaksi ini dapat dijelaskan dari
gerak molekulnya. Molekul-molekul dalam suatu zat kimia selalu bergerak-gerak.
Oleh karena itu, kemungkinan terjadi tabrakan antar molekul yang ada. Tetapi
tabrakan itu belum berdampak apa-apa bila energi yang dimiliki oleh
molekul-molekul itu tidak cukup untuk menghasilkan tabrakan yang efektif. Kita
telah tahu bahwa, energi yang diperlukan untuk menghasilkan tabrakan yang
efektif atau untuk menghasilkan suatu reaksi disebut energi pengaktifan. Energi kinetik molekul-molekul tidak sama. Ada
yang besar dan ada yang kecil. Oleh karena itu, pada suhu tertentu ada
molekul-molekul yang bertabrakan secara efektif dan ada yang bertabrakan secara
tidak efektif. Dengan perkataan lain, ada tabrakan yang menghasilkan reaksi
kimia ada yang tidak menghasilkan reaksi kimia. Meningkatkan suhu reaksi
berarti menambahkan energi. Energi diserap oleh molekul-molekul sehingga energi
kinetik molekul menjadi lebih besar. Akibatnya, molekul-molekul bergerak lebih
cepat dan tabrakan dengan dampak benturan yang lebih besar makin sering terjadi.
Dengan demikian, benturan antar molekul yang mempunyai energi kinetik yang
cukup tinggi itu menyebabkan reaksi kimia juga makin banyak terjadi. Hal ini
berarti bahwa laju reaksi makin tinggi.
Kenaikan suhu reaksi mengakibatkan bertambahnya energy kinetic
molekul-molekul pereaksi sehingga energy kinetiknya melebihi harga energy
aktivasi. Oleh karena itu, reaksi akan berlangsung lebih cepat. Alasan kenaikan
suhu suatu reaksi menyebabkan nilai aktivasi menjadi turun dijelaskan oleh
Svante Arrhenius dengan menggunakan persamaan hubungan suhu dengan energy
aktivasi.
Gerakan partikel pada suhu tinggi(kiri) akan lebih cepat daripada suhu
yang rendah(kanan).
Kesimpulan Arrhenius dapat digambarkan dalam bentuk grafik berikut.
Grafik
yang menunjukkan bahwa kenaikan suhu berbanding terbalik dengan energy
aktivasi.
4.
Pengaruh
Katalis Terhadap Laju Reaksi
Beberapa reaksi kimia yang berlangsung lambat dapat dipercepat dengan menambahkan suatu zat kedalamnya, tetapi zat
tersebut setelah reaksi selesai ternyata
tidak berubah. Misalnya pada peruraian kalium klorat untuk menghasilkan
gas oksigen.
Reaksi berlangsung pada suhu tinggi dan berjalan
lambat, tetapi dengan penambahan
Kristal MnO2 kedalamnya
ternyata reaksi akan dapat berlangsung dengan lebih cepat pada suhu yang lebih
rendah. Setelah semua KClO3 terurai ternyata MnO2 masih
tetap ada (tidak berubah). Dalam reaksi tersebut MnO2 disebut
sebagai katalisator.
Katalisator adalah suatu zat yang
dapat mempercepat laju reaksi, tanpa dirinya mengalami perubahan yang
kekal. Suatu katalisator mungkin akan terlibat dalam proses reaksi atau
mengalami perubahan selama reaksi berlangsung, tetapi setelah reaksi itu selesai maka katalisator akan diperoleh kembali dalam
jumlah yang sama. Katalisator mempercepat
reaksi dengan cara mengubah jalannya reaksi.
Jalur reaksi yang ditempuh tersebut mempunyai energi aktivasi yang lebihrendah dari pada jalur reaksi yang biasa ditempuh.
Jadi dapat dikatakan bahwa katalisator
berperan dalam menurunkan energi aktivasi. Ada dua cara yangdilakukan
katalisator dalam mempercepat reaksi kimia :
A.
Pembentukan senyawa
Umumnya reaksi berjalan lambat bila
energi aktivasi suatu reaksi terlalu
tinggi. Agar reaksi dapat berlangsung cepat, maka dapat dilakukan dengan cara
menurunkan energi aktivasi. Utnuk menurunkan energi aktivasidapat dilakukan dengan cara mencari senyawa antara
lain yang berenergi lebih rendah. Fungsi katalis dalam hal ini mengubah
jalannya reaksi sehingga diperoleh senyawa
antara yang energinya relative rendah. Katalisator homogen adalah katalisator yang mempunyai fase
yang sama dengan zat pereaksi yang dikatalis.
B.Adsorpsi
Proses katalisasi dengan cara adsorpsi
umumnya dilakukan oleh katalisator
homogen, yaitu katalisator yang fasenya tidak sama dengan fase zat yang dikatalis. Pada proses adsorpsi,
molekul-molekul pereaksi akan teradsorpsi pada permukaan katalisator, dengan
terserapnya pereaksi di permukaan
katalisator mengakibatkan zat-zat pereaksi terkonsentrasi dipermukaan
katalisator dan ini akan mempercepat reaksi. Kemungkinan yang lain, karena
pereaksi-pereaksi teradsorpsi di permukaan katalisator akan dapat menimbulkan gaya tarik antar molekul yang
bereaksi, dan ini menyebabkan molekul-molekul tersebut menjadi reaktif.
Agar katalisator tersebut berlangsung
efektif, katalisator tidak boleh mengadsorpsi zat hasil reaksi dan dengan
demikian permukaan logam akan segera
ditempati oleh molekul baru. Bila zat pereaksi atau pengotor teradsorpsi dengan kuat oleh katalisator menyebabkan
permukaan katalis menjadi ridak
aktif. Dalam keadaan demikian, katalisator dikatakan teracuni dan ini akan
menghambat reaksi. Contoh katalis adsorpsi adalah nikel pada pembuatan
margarin.
Dari grafik
tersebut, kita dapat membandingkan dua energi energy aktivasi, yaitu dengan
aktivasi dengan katalis dan aktivasi tanpa katalis. Aktivasi dengan katalis
lebih kecil dibandingkan dengan aktivasi tanpa katalis. Semakin kecil nilai
aktivasi akan semakin cepat menghasilkan zat hasil reaksi (laju reaksi makin
cepat).
Teori Tumbukan dan Energi Aktivasi
Suatu
reaksi imia dapat berlangsung apabila terjadi interaksi antara molekul-molekul
pereaksi atau terjadi tumbukkan antara molekul-molekul pereaksi. Namun tidak
semua tumbukan antar molekul pereaksi akan menghasilkan zat hasil reaksi. Hanya
tumbukkan efektif yang akan menghasilkan zat hasil reaksi. Keefektifan suatu
tumbukan bergantung pada posisi molekul dan energy kinetic yang dimilikinya.
Dalam
reaksi kimia dikenal dengan istilah energy aktivasi (energy pengaktifan) yaitu
energy kinetic minimum yang harus dimiliki molekul-molekul pereaksi agar
tumbukkan antarmolekul menghasilkan zat hasil reaksi. Agar lebih jelasnya amati
diagram berikut!
Agar N2O dan NO
bereaksi, dibutuhkan energy minimal sebesar 209 kJ, sedangkan agar reaksi N2O
dan N2 dapat balik lagi menjadi N2O dan NO memerlukan
energy sebesar 348 kJ. Sebagai tambahan, pada saat puncak energy semua atom
dari N2O dan NO bergabung sebelum terurai lagi menjadi produk (hasil
reaksi), tahap ini disebut tahap transisi.
Teori
tumbukan dan energy aktivasi berguna untuk menjelaskan factor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi. Laju suatu reaksi kimia dapat dipercepat dengan cara
memperbesar harga energy kinetic molekul atau menurunkan harga energy aktivasi.
Penyabunan (Saponifikasi) Etil asetat
Saponifikasi merupakan proses
hidrolisis basa terhadap lemak
dan minyak, dan reaksi saponifikasi bukan merupakan reaksi kesetimbangan. Hasil mula-mula dari penyabunan adalah karboksilat karena campurannya bersifat basa. Setelah campuran diasamkan, karboksilat berubah menjadi asam karboksilat.
dan minyak, dan reaksi saponifikasi bukan merupakan reaksi kesetimbangan. Hasil mula-mula dari penyabunan adalah karboksilat karena campurannya bersifat basa. Setelah campuran diasamkan, karboksilat berubah menjadi asam karboksilat.
Produknya, sabun yang terdiri dari
garam asam-asam lemak. Fungsi sabun dalam keanekaragaman cara adalah sebagai
bahan pembersih. Sabun menurunkan tegangan permukaan air, sehingga memungkinkan
air untuk membasahi bahan yang dicuci dengan lebih efektif. Sabun bertindak
sebagai suatu zat pengemulsi untuk mendispersikan minyak dan sabun teradsorpsi
pada butiran kotoran.
Untuk memberikan gambaran bahwa
reaksi penyabunan etilasetat oleh ion hidroksi adalah orde dua yaitu reaksi
dibawah ini :
CH3COOC2H5
+ OH-
→ CH3COO- +
C2H5OH
t =
0
a
b
-
-
x
x
x
x
t =
t
(a-x)
(b-x)
x
x
Reaksi bimolekuler tingkat dua
dapat dinyatakan sebagai berikut :
A + B
→ hasil-hasil
t = 0
a
b
0
t = t a –
x b –
x
x
Dimana :
a = konsentrasi awal ester (mol/L)
b = konsentrasi awal ion OH-
(mol/L)
x = jumlah mol/L ester atau basa
yang telah bereaksi
k2 = tetapan laju reaksi
(mmol-1.menit-1)
Menurut Hukum Kegiatan Massa,
kecepatan reaksi pada temperatur tetap, berbanding lurus dengan konsentrasi
pengikut-pengikutnya dan masing-masing berpangkat sebanyak molekul dalam
persamaan reaksi.
Orde reaksi 1 :
A → hasil
Rate = k1.CA.
Orde reaksi 2 :
2A → hasil
Rate = k2. CA2.
A + B → hasil
Rate = k2.CA.CB
Orde reaksi 3 :
A + 2B → hasil
Rate = k3.CA.CB2.
2A + B → hasil
Rate = k3.CA2.CB.
Secara teori reaksi pada proses
saponifikasi etil asetat memiliki orde 2. Untuk membuktikannya dapat digunakan
metode sebagai berikut:
1.
Metode integral grafik
Pertama-tama dicari data konsentrasi salah satu
zat yang tersisa pada waktu masing-masing t kemudian dibuat grafik
2.
Metode integral non grafik
Dengan cara menghitung nilai k satu per satu
dengan persamaan integral orde 2 lalu mencocokan hasilnya. Jika diperoleh nilai
k yang sama maka reaksi tersebut berorde 2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar